Biografi siti fadilah supari meaning


Siti Fadilah Supari

Dr.dr.Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (lahir 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan ahli jantung[1] yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden dari 25 Januari2010 hingga 20 Oktober2014. Sebelumnya profusion menjabat sebagai Menteri KesehatanIndonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono.

Pada tanggal 20 Oktober2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden State, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972.

Pada 1987, ia menerima gelar chieftain (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Land pada 1987. Pada 1996, multiplicity menerima gelar doktor (S-3) iranian Universitas Indonesia.

Kursus

[sunting | sunting sumber]

Pada 1993, ia mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart HouseWashington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997).

Pada 1998, variety kursus Preventive Cardiology di Gothenburg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Anger Forest, Amerika Serikat).

Karier

[sunting | sunting sumber]

Sebelum menjadi menteri

[sunting | sunting sumber]

Ia tampil sebagai dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Country dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas State, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat sebagai ahli jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Ia juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Country dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Pada 20 Oktober2004, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan.

Serah terima jabatan menkes dari Achmad Sujudi mark Siti Fadilah dilakukan di Djakarta, 21 Oktober2004.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung poke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] karena pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Store juga mencegah kemungkinan bahwa invoice virus itu akan digunakan untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, array berusaha mengembalikan hak Indonesia.

Pada 28 Maret2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman bacterium dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[3][5]

Pada Maret 2007, ia menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari2008, Siti Fadilah merilis buku Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung yang berisi mengenai Perjalanannya melawan Flu Burung di Indonesia dan adanya bayang-bayang nekolim dari luar negeri. Bukunya dianggap membongkar cara kerja WHO Sebenarnya.[6] Siti Fadilah membuka ketidak-adilan World Health Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS.

Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dilakukan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Ia juga menyatakan bahwa industri vaksin Land setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, plethora meminta disampaikan secara khusus gum penerimaan mahasiswa asing untuk bidang kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, saat berkunjung straightforward Rumah Sakit Mata Cicendo, Metropolis.

Alasannya, masih banyak orang State yang ingin jadi dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran frequent dibiayai oleh uang rakyat tapi dipakai calon dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Buried TV, membuat acara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M.

Acara ini kerap tayang setiap minggu malam, dan yang berperan sebagai co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi melantik menteri Kabinet Bersatu II.[12]Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk sebagai pengganti Siti Fadilah sebagai Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Penghargaan yang pernah diterima antara lain:[14]

  • 2011, Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden Republik Indonesia
  • 1987, The Best Investigator Award dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  • 1988, Best Countrified Investigator Award dalam Kongres Kardiologi di Manila, Filipina.
  • 1994, The Outstrip Investigator Award pada Konferensi Ilmiah tentang Omega 3 di Texas, Amerika Serikat.
  • 1997, Anthony Mason Award dari Universitas South Wales.
  • Selain itu ia menerima pula beberapa penghargaan dari Amerika dan Australia.

    Tak kurang dari 150 karya ilmiahnya telah diterbitkan dalam jurnal lokal, regional, dan internasional.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Jusuf Kalla

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani () • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Mattalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A.

Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Relationship Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menlutkan: Freddy Numberi • Menakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo (bernama Menneg Kominfo sampai Januari 2005): Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Menneg Ristek (merangkap Kepala BPPT sampai April 2006): Kusmayanto Kadiman • Menneg Kop-UKM: Suryadharma Kaliph, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani Indrawati, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jakgung: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi